Mendapati Nilai-Nilai Vinsensian Dalam Misi di Yayasan Kasih Bangsa Surabaya

Spread the love

Pada semester ini tepatnya mulai dari tanggal 1 Januari 2024 saya diberikan tugas dari Yayasan Lazaris untuk bermisi ke Yayasan Kasih Bangsa Surabaya. Saya dengan Romo Yulius bertemu dengan Romo Habel selaku ketua Yayasan Kasih Bangsa Surabaya (YKBS) untuk proses penyerahan karyawan misi yang bertugas. Pada bulan Januari sampai dengan Februari saya bertugas di Sanggar Merah Merdeka (SMM). Pada kesempatan ini saya diberikan tugas untuk dapat membantu belajar baik tutor dan anak didik SMM. Kesempatan ini saya gunakan untuk membuat modul matematika sederhana bagi tutor dalam membantu adik-adiknya belajar. Disamping membuat modul saya juga mendapat kesempatan untuk mendampingi belajar remaja Tales. Selama berada di SMM saya mengalami pembelajaran dalam hal kesabaran dan cara menghargai terutama kepada remaja dan anak usia sekolah dasar. Saya pahami bahwa selama saya berproses di SMM, saya kurang terbuka dengan sistem pendidikan nonformal. Namun saya dibina dan diberikan kesempatan oleh Mahrawi selaku Koordinator divisi SMM untuk dapat terjun langsung dan praktek, sehingga mendapatkan pelajaran yang konkret. Saya merasakan proses penerimaan indentitas diri saya oleh para tutor dan para remaja baik di Lebak dan di Tales. Proses ini juga beriringan dengan nilai kerendahan hati dan kelembutan hati untuk mau berproses dalam mengenal lingkungan baru.

Pada bulan Maret saya bergabung ke dalam divisi Solidaritas Relawan Kemanusiaan (SRK). Dalam divisi ini saya langsung terjun ke zona bencana banjir yang ada di Demak, Jawa Tengah. Saya mengalami apa yang dinamakan pikiran yang berlebihan, terlebih lagi dengan kata bencana, dalam bayangan saya muncul sesuatu hal yang tidak membuat saya nyaman. Tepat pada 3 Maret 2024 saya bersama dengan Pak Eko membawa logistik menuju Demak. Memang benar rasa berat dalam hal kemanusian dan sosial terasa sebelum berangkat namun karena hal ini adalah sebuah proses pembelajaran, saya hanya bisa pasrah ketika berangkat. Seminggu sudah saya menjalani proses dinamika dengan divisi SRK, saya mulai terbuka masalah menjadi relawan dan progres SRK dalam terjun ke paska bencana. Saya sebagai individu juga selalu dilibatkan dalam mengambil keputusan yang nantinya akan menjadi keputusan bersama. Selama sebulan terlibat dalam dunia relawan dan kemanusiaan serta bimbingan dari Dadik Kusmadi selaku Koordinator divisi SRK, saya merasa menjadi lebih terbuka dalam bercerita dan menerima sosok individu baru dalam dialog dan diskusi.

Pada bulan April sampai Mei saya bergabung kedalam divisi Wadah Asah Solidaritas (WADAS) dunia perburuhan yang menurut saya hal yang sangat baru. Dunia WADAS ini membuat sudut pandang saya kepada dunia perburuhan menjadi berbeda. Sebelumnya saya mengenal dunia perburuhan hanya seputar demo dan tuntutan namun oleh Koordinator Wadas (Mas Andri) saya dikenalkan hal-hal seputar dunia perburuhan yang tidak tampak dipermukaan. Dalam dunia ini saya bertemu Romo Parno CM. Beliau menjelaskan rinci bagaimana track dan milestone dari WADAS. Andri Prapto selaku Koordinator divisi WADAS melibatkan saya untuk dapat  terlibat aktif dalam dialog dan diskusi. Saya merasa kecil dan kurang ilmu ketika bertemu dengan mereka yang sudah lama berkecimpung dalam dunia perburuhan namun senior yang berada di WADAS sering memberikan saya motivasi sehingga semangat saya dalam belajar hal baru dapat terfasilitasi dengan baik. Saya pahami bahwa untuk mengenal lebih lanjut dunia perburuhan ini tidaklah mudah. Banyak tantangan yang dihadapi dan pola pikir yang berbenturan satu sama lainnya, sehingga dalam prosesnya kita lebih bersikap sederhana dan lemah lembut sehingga dapat menyelamatkan jiwa-jiwa dalam situasi-situasi yang genting.

Pada bulan Juni saya berkesempatan gabung ke divisi Pusat Pengembangan Sosial (PPS), dalam divisi ini saya belajar untuk dapat bekerja dengan seksama dan simple. Selalu berdialog dan berdiskusi dan menikmati proses hal ini yang saya rasakan, terlebih lagi banyak tugas-tugas yang berhubungan dengan manusia lainnya, menuntut saya untuk lebih bersosial dan terbuka. Lasmidi selaku Koordinator divisi PPS mengajarkan kepada saya untuk belajar kepada yang muda dan yang tua guna menjadi bijaksana dalam bekerja dan berproses.

Selama saya bergabung ke YKBS, Romo Habel memberikan kesempatan bagi saya untuk mengenal nilai-nilai Vinsensian yang nyata, nilai kesederhanaan ketika berbicara dan bertindak serta berpakaian, nilai kerendahan hati dalam menyikapi perbedaan sudut pandang dalam diskusi, nilai kelembutan hati dalam menyikapi jenjang usia, nilai mati raga dalam menyikapi kondisi yang terjadi, dan semangat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dalam berbagi pandangan dan keilmuan. Saya sangat belajar mengenai nilai sosial dan informal dalam YKBS namun juga tidak meninggalkan sisi formal dan sisi pengenalan diri. Selama berada di YKBS saya mengenal bagaimana Kongregasi Misi atau sering dikenal sebagai CM bekerja, berdialog dan berdiskusi serta keterbukaan dan semangat untuk mengenalkan nilai-nilai Vinsensian. Saya bersyukur dan berterima kasih kepada YKBS telah membantu proses saya dalam belajar ke dunia sosial dan lebih lagi sebagai keluarga baru di Surabaya.

 

Oleh : Anung Wicaksono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *