Guru Kunci

Spread the love

Mubin (56) adalah seorang guru dan juga ahli kunci sejak tahun 1993. Sejak lulus SMA, pria empat anak ini sudah menjadi sales mulai dari sales buku, makanan, minuman hingga menjadi sales asuransi. “Bekerja menjadi sales atau agen asuransi adalah pekerjaan yang paling sulit karena barang tidak ada tapi memaksa orang membeli atau ikut asuransi. Tapi dari pekerjaan menjadi sales khususnya asuransi ia banyak belajar berbicara dan menyakinkan orang,” tuturnya.

 

Pekerjaan manjadi sales ia tekuni sambil mengajar di salah satu sekolah SMP swasta di Surabaya. Berbekal ilmu lapangan menjadi sales, ia memberanikan diri menjadi guru bantu sejak tahun 1986. Waktu pertama kali dia bekerja upahnya hanya Rp25.000 perbulan. Walaupun upahnya kecil, ia tekuni yang penting ada kepastian upah setiap bulan sambil mencari tambahan lain. Baginya yang penting bekerja keras apalagi masih muda pasti ada jalannya. Intinya jangan pernah ragu dan mencoba hal-hal baru.

 

Bekerja menjadi sales ia rasa sudah cukup, lalu ia bekerja ikut temanya menjadi asisten tukang kunci selama dua tahun, yakni sejak tahun 1993-1995. Ia tetap bekerja menjadi guru dan bekerja di tukang menggandakan kunci. Upah dari bekerja dipembuat kunci Rp150.000 perbulan. Gaji di sekolah Rp50.000. Jadi total penghasilan dia perbulan Rp200.000.

 

Berhubung tempat sewa tukang kuncinya dimana ia bekerja tutup, ia memutuskan berpisah dengan temanya dan memberanikan membuka usaha sendiri. Ia nekat meminjam uang dari bank untuk membeli mesin.

 

Sejak tahun 1995, ia membuka usaha tukang kunci di Jl. Bromo, Surabaya di depan pusat perbelanjaan. Ia menyewa tempat disitu. Berselang 4 tahun membuka usaha, lelaki yang tinggal di Kedurus ini mencoba mengembangkan usahanya dengan mengajari temannya sekaligus dibelikan mesin. Namun, dari 4 orang yang dididik dan diberi modal membeli mesin, ia tidak mendapat keuntungan apapun selama 20 tahun. Modal pun juga tidak balik. Keempat temannya itu juga tetap membuka usaha hingga kini di dekat pom bensin Arjuna tidak jauh dari tempat usaha Mudin dan di daerah Wiyung.

 

Tapi baginya itu tidak masalah. Yang penting sudah membuat orang bangkit dan bisa buat bertahan hidup. “Jadi membantu orang menurut dia jangan berharap apapun. Tuhan maha tahu apa yang kita lakukan selama ikhlas dan tulus akan ada gantinya yang lebih baik,” ungkapnya sambil menggandakan kunci yang agak cukup banyak.

 

Perkataan Mudin itu terbukti, Allah melapangkan usahanya dan kerjanya di sekolah. Dari tempat dia bekerja menjadi tukang kunci, ia mampu menyekolahkan anaknya di Unair dan Uinsa Surabaya dan diangkat menjadi PNS tahun 2000. Ia diangkat menjadi PNS hanya menjadi karyawan di sekolah tidak menjadi guru karena ia hanya lulusan SMA.

 

“Lelaki yang masih tampak muda walaupun usianya 56 berkata sekarang uang yang mencari saya kalau dulu saya yang mencari uang,” ungkapnya dengan penuh rasa sukur. Ia sekarang masih punya tanggungan membiayai pendidikan 2 anaknya yang masih SMA. Anak yang satu sekolah sambil belajar agama di Pondok Pesantren di Bululawang, Malang. Yang satu lagi di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.

 

Berkat kerja keras dan suka membantu orang lain, ia tidak hanya mampu membiayai anaknya sekolah hingga perguruan tinggi, tapi ia mampu membangun rumah, membeli tanah, mobil dan sepeda motor. Selama musim corona penghasilan ia meningkat karena banyak yang membuat portal dan menggandakan kunci.

 

Dia hanya membuka usahanya dari jam 3 sore hingga jam 8 malam karena paginya harus bekerja di sekolah. Walaupun upahnya sekarang hanya Rp3.400.000 setiap bulan dari sekolah tapi ia tetap bersyukur apalagi ada tunjangan sekitar Rp6.000. 000 per tiga bulan sekali. Dari penghasilan membuka usaha, dia bisa membiayai kehidupan sehari-sehari keluarganya. Sedangkan penghasilan dari sekolah ditabung dan juga untuk biaya sekolah anaknya.

 

Mudin tidak hanya menjadi guru bagi anak-anak di sekolah ataupun di rumah tapi juga guru bagi temanya yang mau belajar menjadi ahli menggandakan kunci. Maka tak heran kalau temanya memanggil ia sebagai guru kunci. Kunci keberhasilan di rumah juga keberhasilan temannya.

 

Oleh : Mahrawi

Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi no.125, November thn 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *