Mas Tukang Tambal Ban
Siang itu aku harus mengambil sepeda motorku yang aku servis di bengkel pagi tadi. Sepulang dari service, ban sepeda motorku bocor. Cuaca cukup panas menambah derita ban bocor. Terpaksa aku harus mencari tukang tambal ban. Puji Tuhan tidak jauh dari situ ada tukang tambal ban. Dengan wajah agak cengar-cengir aku tuntun sepeda motor ke tukang tambal ban.
Tukang tambal ban sedang sibuk dengan pekerjaan dia, dengan kedatanganku ditinggalah pekerjaan dia dan menyambut aku dan sepeda motorku sambil berkata ”kenapa mas… ?”
aku jawab ”bocor mas…!” kebetulan tukang tambal ban itu masih pantas di panggil ”mas”. Bertubuh kurus tapi kelihatan urat-urat tangan yang kuat serta berkulit hitam karena sengatan matahari. Langsung dengan sigap tanpa senyum dia membongkar ban sepeda motorku. Awalnya aku hanya memperhatikan cara dia membongkar ban sepeda motorku dan aku mulai mencoba membuka pembicaraan dengan menanyakan penyebab bocornya ban sepeda motorku dan mulai dia senyum walau dengan cuaca sangat panas. Dia mengatakan kalo ban luar sepeda motorku ada yang rusak sehingga mempengaruhi ban dalam dan berakibat bor (ternyata tidak kena paku) dan aku memang ditunjukkan kerusakannya.
Mulailah dia mempersiapkan peralatan untuk menambal sepeda motorku dan mulai membakar alat penambal ban sepeda. Saat sudah akan selesai, dia mengecek kembali dengan teliti bahkan dia membakar ulang kembali untuk memastikan hasil tambalannya benar-benar baik. Sambil terus sibuk dengan ban sepeda motorku, dia bilang bahwa harus benar-benar di cek dengan teliti agar nanti tidak bocor lagi, ” kasian kalo nanti bocor lagi kan keluar uang 2 kali….” kata mas penambal ban itu. Dari apa yang dikatakan oleh mas tukang tambal ban itu aku jadi tertegun. Aku berpikir betapa orang ini begitu melayani dalam pekerjaannya. Padahal kalau dipikir lagi dia akan lebih untung kalau ada banyak sepeda motor yang bocor. Tapi mas ini tidak. Dia berpikir agar orang lain tidak mengalami kesusahan lagi.
Siang ini aku seakan diingatkan kembali bahwa pelayanan tidak hanya dalam aktivitas sosial yang kadang menjebak kita menjadi seorang aktivis, tapi semangat pelayanan harus ada di setiap sikap kita, bahkan dalam dunia kerja sekalipun.
Oleh : Andri Prast
(Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi No. 29, November 2012)