APA SIH RENCANAMU TUHAN???

Spread the love

Seorang ibu datang menemuiku. Dia duduk agak jauh dariku. Ini sepertinya kebiasaan orang sini kalau bertamu duduknya jauh banget. Mungkin sebagai sopan santun. Dia bercerita kalau suaminya sudah meninggal. Anaknya 3. Anak pertama kelas 2 SMA, anak kedua kelas 3 SD dan paling kecil masih 10 bulan. Dia ingin menyerahkan anaknya yang SMA kepadaku. Dia berharap aku menghidupinya dan membiayai sekolah. Kusedot cangklongku, dalam bahasa sini encoy.

 

Aku jadi bingung. Saat ini aku masih harus membiayai 7 anak SMA. Dua tinggal di sini dan 5 di Cepu. Memang mereka masih punya orang tua, tetapi seolah sudah diserahkan padaku. Anakku udah banyak. Kalau ditambah satu lagi apa mampu? Kusedot lagi encoy. Tetapi jika tidak dibantu, apakah aku tega menolak permintaan janda miskin? Dia punya kebun karet tetapi tidak bisa menoreh, sebab tidak mungkin meninggalkan anaknya yang masih bayi untuk pergi ke kebun karet. Jadi dia hidup ala kadarnya. Jualan apa saja yang dapat menghasilkan uang. Kutatap asap encoy yang membumbung ke atap. Apa maksudMu Tuhan dengan mengirim orang ini?

 

Beberapa tahun lalu kejadian seperti ini pernah terjadi. Suatu siang teman-teman di rumah singgah telpon kalau ada seorang perempuan mencariku. Aku segera ke rumah singgah. Disana sudah menunggu seorang ibu muda. Dia datang padaku sebab diberi tahu oleh seseorang kalau aku bisa membantu. Dia mempunyai 3 anak. Pertama masih SD, kedua belum sekolah dan yang bungsu masih berumur beberapa bulan. Masih menyusu. Dia seorang PSK jadi tidak jelas siapa bapak ketiga anak ini. Dia mau menyerahkan anaknya yang masih bayi kepadaku. Teman-teman di rumah singgah tidak ada yang dapat menyusui. Akhirnya dia kusuruh pulang dan aku berjanji akan membantu biaya hidupnya.

 

Sorenya aku berkunjung ke rumahnya. Sebuah kamar kecil di sebuah gang sempit. Tempat tidur anak-anaknya menjadi satu dengan dapur. Jadi sangat kumuh. Aku lalu mengajari anaknya yang SD. Dua hari kemudian aku berkunjung lagi sebab susu bayinya habis. Ternyata anaknya yang SD membawa temannya untuk belajar bersama. Akhirnya dari dua tiga anak sampai menjadi puluhan anak belajar bersama. Aku minta beberapa teman untuk membantu mengajar anak-anak itu. Proses berkembang sampai akhirnya kami harus kontrak rumah dan akhirnya beli rumah berhantu yang dijual murah untuk tempat belajar mengajar anak-anak kampong. Dari kehadiran perempuan yang hendak menyerahkan bayinya akhirnya kami membuka pelayanan bimbingan belajar.

 

Bagiku itu kehendak Tuhan agar aku tidak memusatkan diri pada anak jalanan saja, tetapi juga memperhatikan anak-anak miskin lain yang mungkin bisa menjadi anak jalanan. Lebih baik mencegah daripada membina anak jalanan yang sering membuat pusing kepala. Tetapi apakah Tuhan mempunyai rencana lain dengan kehadiran janda yang menyerahkan anaknya ini? Kusedot encoy lagi, ternyata sudah mati. Semati pikiranku yang berusaha menemukan jawab dari kejadian ini.

 

Oleh : Rm. Yohanes Gani CM

Dimuat dalam buletin Fides Et Actio edisi No. 93, Maret 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *